ceritanya masih tentang temen gue, tapi beda orang wkwk...
check it out yaa...
Kita semua tau kalo apa yang
kita mau nggak selamanya bakal tercapai atau kita dapet. Tapi setidaknya kita
udah berusaha buat ngedapetin itu.
Ini kisah tentang seorang
perempuan bernama Lucy yang sedang menjalani perjalanan cintanya dengan seorang
cowok bernama Tristan. Lucy adalah cewek manja polos lemot ples lelet. Lucy
suka banget mengeluarkan kata mutiara dari mulutnya yang katanya juga secara
nggak sadar aja terucap. Sedangkan Tristan adalah cowok hitam manis hidung
mancung otak encer muka flat dan jarang ketawa.
Berawal dari smsan iseng – iseng
soal nanyain pe-er sekolah berlanjut jadi sms perhatian dari keduanya. Curhat
adalah salah satu alibi keduanya jika ingin memulai percakapan lewat sms.
Awalnya Lucy tidak memiliki
perasaan apapun, sampai pada akhirnya Lucy penasaran dengan Tristan “kok ni
cowok diem banget ya? Disekolah jarang ngomong pula” ucap Lucy pada Adis teman
sekelasnya.
Lucy tidak pernah memikirkan dia
ingin apa dari Tristan, yang ia pikirkan adalah bagaimana caranya membuat
Tristan bicara padanya. Lucy juga salah satu cewek pendiem di kelas. Dia nggak
ngerti caranya memulai sebuah percakapan. Pengalaman cintanya juga lumayan
buruk. Pacaran cuma paling lama satu bulan, malahan ada yang cuma seminggu.
Lucy tipe orang yang gampang banget bosan. Sekali dia dapat lalu menjalani
paling lama dua minggu rasa bosanya akan mulai muncul.
Sedangkan Tristan yang memiliki
komitmen untuk ‘tidak berpacaran dengan cewek satu sekolah’ mulai agak sedikit
goyah dengan kedatangan Lucy. Ia sempat mangalihkan rasa sukanya pada Lucy
dengan mencoba memberi perhatian pada cewek lain, tapi percuma saja rasanya
tetap ada.
Hari demi hari berlalu dengan
normal dan biasa saja. Makin kesini hubungan Lucy dan Tristan semakin
merenggang, apalagi semenjak menyebar gosip disekolah bahwa mereka berdua
jadian. Tristan jadi jarang menghubunginya lewat sms. Lucy bingung ‘apa cuma
kayak gini akhirnya’ batin Lucy saat sedang melamun di sudut kelas. Padahal
yang Lucy dengar dari teman – temanya adalah Tristan benar – benar menyukainya,
tapi entahlah… Lucy tidak mau terlalu memikirkannya.
Berbulan – bulan berlalu dengan
intensitas hubungannya dengan Tristan yang semakin menurun hingga titik dimana
mereka tidak saling ber-sms ria lagi. Lucy mulai membiasakan diri dengan
kondisi seperti ini. Hingga kenaikan kelas Lucy masih dapat melewati semuanya
dengan normal. Lucy terpisah kelas dengan Tristan, jujur hatinya senang sebab
ia tak perlu susah payah mengendalikan hatinya saat dekat dengan Tristan
seperti kelas satu dulu. Sekarang ia bisa bebas melepaskan hatinya dari
Tristan.
Lucy sudah hampir berhasil
membuang sebuah nama dari hatinya -tristan- saat tiba – tiba Adis temanya
mengatakan bahwa “lus kata Tristan gini ‘tenang aja Lucy nggak bakalan diapa –
apain sama fans gue, gue ada dibelakang dia kok. Selalu’ gitu lus cieee” ucap
Adis di kantin sekolah saat sedang berkumpul dengan keenam temanya termasuk
Lucy. Kata – kata Tristan itu membuat hati Lucy goyah lagi. Apa Tristan tidak
tau betapa bahagianya Lucy saat sudah hampir menghilangkan perasaanya pada
Tristan? Lucy hanya tidak mau ada dalam kondisi yang menusuk seperti ini terus
menerus. Ia ingin mendapat ketenangan seperti yang lainya. Hanya itu, apa
Tristan tidak bisa membiarkannya?
Rasanya Lucy ingin sekali
mengatakan pada Tristan ‘jangan bikin gue kayak gini tan’ andai saja Lucy bisa.
Tapi Lucy masih memikirkan harga dirinya sebagai perempuan. Beberapa kali
sahabat Tristan Fero mengatakan padanya “lo si lus nggak bisa pertahanin
perasaanya, enak kan ditinggal pas lagi cinta – cintanya wkwk”. Jadi semuanya
salah Lucy yang tidak bisa mempertahankan perasaan Tristan padanya dan malah
membiarkanya perlahan lepas dari dirinya? Lucy juga tidak tau. Biarkan waktu
yang menjawab semuanya.
"hati merupakan sebuah buku yang akan terus kita gunakan untuk menuliskan perasaan kita sampai ajal kita menjemput"
END
maaf yaa pendek banget hhehehe, soalnya emang dipersingkat sih ceritanya.. comment dikit boleh kok :D